Dalam beberapa minggu terakhir ini Indonesia kehilangan beberapa orang tokoh pentingnya.Diawali dengan kembalinya KH.Abdulrahman Wahid alias Gus Dur kepenciptanya.Diikuti beberapa hari kemudian oleh Frans Seda arsitek ekonomi Indonesia di era Presiden Soekarno sekaligus pendiri Unika Atma Jaya.
Kebesaran mereka di Indonesia tidak perlu dipertanyakan lagi.Ini tergambar dari kemeriahan acara pemakaman kedua tokoh tersebut.Dihadiri oleh ribuan orang dari beragam latar belakang mulai dari rakyat jelata sampai dengan orang nomor satu di Indonesia.
Jika dilihat sekilas dengan mata kepala telanjang, aku cuma bisa ngasih komentar:" enak ya.....kalo hidup jadi orang penting dan berpengaruh.Semua kebutuhan hidup pasti terpenuhi sampai mati.ngga usah lagi repot.....semua tinggal tunjuk dan minta.Pokoknya tau beres.".
Pertanyaannya: Benarkah semua belonging/kepemilikan yang saat itu ada dalam genggaman tangan memberi manfaat...dan bisa benar-benar mereka nikmati..?????
Hhhhmmmmm.......?????
Koq gue ragu ya....?????
mari kita bahas..::
1. harta yang dimiliki.
Kalo menurut gue sih...sebanyak apapun duit yang dimiliki, kalo udah mati, yang kepake paling cuman cukup untuk beli kain kafan, sewa tanah makam, sewa tenda....ngasih duit buat yang doa'in.
kemana sisa hartanya...????
kalo menurut pendapat gue yang sangat subyektif sih...paling-paling juga habis buat orang-orang yang ditinggal mati.sukur-sukur kalo ngga pada rebutan.
Bagaimana dengan si almarhum/almarhumah..????
Kalo ngga salah...orang orang yang ditinggal mati sama orang orang yang mereka cintai itu punya prinsip" let by gone..be by gone" yang lalu biarlah berlalu...yang mati biarlah mati...sekarang tinggal mikirin kita-kita yang masih hidup.Point nya adalah.....orang yang sudah mati itu akan dilupakan oleh yang hidup.
Pertanyaan berkutnya: jika memang begitu kondisinya, lalu untuk apa coba kita harus susah susah cari harta dengan menghalalkan segala cara sikut sini...juga sana...tilep sini..tilep sana untuk keluarga jika pada akhirnya toh kita akan dilupakan juga oleh mereka yang demi mereka kita rela korbankan semua...????
Pemikiran ini bukan berarti lantas kita harus duduk diam terpaku menunggu....TIDAK...dalam keyakinanku pribadi...berjuang mencari rizki untuk anak dan istri adalah bagian dari jihad atau usaha sungguh-sungguh menghidupi keluarga di jalan Allah.itu adalah Perintah Tuhan melalui ajaran agama-Nya.Bagaimana cara kita mendapatkannya itulah yang harus benar-benar diperhatikan: tidak menghalalkan segala cara...tidak mendzalimi orang lain, tidak mengambil rezki yang sebenarnya menjadi hak orang lain, tidak rakus bin serakah adalah rambu-rambu yang Tuhan telah tetapkan.
2. kekuasaan yang ada dalam genggaman tangan:
Prinsipnya kurang lebih sama dengan harta: setelah mati, kekuasaan yg ada di dunia hilang seketika.jika waktu masih hidup tunjukan tangan kita bisa menentukan "hidup matinya" orang lain, maka ketika kita mati, jangankan untuk menunjukkan jari ke orng lain, menunjukkan jari ke atas dada sendiri aja harus dibantu sama orang lain.
Intinya; no matter how powerful and independent we are, at the end, it will all gone.Kesimpulan tentang kekuasaan....manfaatkan kekuasaan yang ada dengan bijaksana...kalo bisa digunakan untuk membantu orang orang yang lemah dan teraniaya tentu lebih baik; kalopun tidak bisa, ya....minimal tidak digunakan untuk mendzolimi orang lain.hehehehehe.
3.tentang pasangan hidup( suami atau istri ).
sampai dengan detik ini, gue belum nemu ada orang yang bisa membuktikan cinta kepada pasangannya sampai mati.Paling-paling juga kawin lagi.sukur-sukur kalo masih inget.lawong kadang-kadang masih punya pasangan aja tidak sedikit diantara kita yang sudah mendua...apalagi kalo sudah mati...??!!Karena itu, menggunakan segala cara untuk membahagiakan pasangan bukanlah keputusan hidup yang bijaksana.Kalo kata pak ustadz sih...yang namanya cinta itu harus dimanage...harus ada skala prioritas...dengan kata lain: love first thing first.....heheehehhe
udah dulu ahhh....
No comments:
Post a Comment